PENGEMBANGAN TANAMAN SUKUN
Oleh : Irwanto 2006
Tanaman sukun terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, dan dikenal dengan
berbagai nama seperti, Suune (Ambon), Amo (Maluku Utara), Kamandi, Urknem
atau Beitu (Papua), Karara (Bima, Sumba dan Flores), Susu Aek (Rote), Naunu
(Timor), Hatopul (Batak), Baka atau Bakara (Sulawesi Selatan), dll.
Nama
lain sukun di berbagai negara yaitu : Breadfruit (English); Fruit a Pain
(French); Fruta Pao, Pao de Massa (Portuguese); Broodvrucht, Broodboom
(Holland); dan Ulu (Hawai). Tanaman sukun mempunyai beberapa nama ilmiah
yang sering digunakan, yaitu Artocarpus communis Forst, Artocarpus
Incisa Linn, atau Artocarpus Altilis.
|
|
Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan
kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Buah
muda berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih
agak krem, teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak manis dan
memiliki aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah.
Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses
pembuahan bakal biji (parthenocarphy), maka buah sukun tidak memiliki biji.
Buah sukun akan menjadi tua setelah tiga bulan sejak munculnya bunga betina.
Buah yang muncul awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti oleh
buah berikutnya.
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai
jenis tanah mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian
kurang lebih 600 m dari permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah
hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80 - 100 inchi per
pertahun dengan kelembaban 60 - 80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah
yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di
tempat yang lembab panas, dengan temperatur antara 15 - 38 °C.
Manfaat Sukun
Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Jaman dahulu di Hawai sukun digunakan sebagai makanan pokok. Di Madura
digunakan sebagai obat sakit kuning.
Bunganya dapat di ramu sebagai obat. Bunganya
dapat menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada
gusi yang giginya sakit.
Daunnya selain untuk pakan ternak, juga dapat diramu menjadi
obat. Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat
menurunkan tekanan darah dan meringankan asma. Daun yang dihancurkan
diletakkan di lidah untuk mengobati sariawan. Juice daun digunakan untuk
obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk infeksi kulit. Bubuk dari daun
yang dipanggang digunakan untuk mngobati limpa yang membengkak.
Getah tanaman digunakan untuk mengobati
penyakit kulit. Getah yang ditambah air jika diminum dapat mengobati diare.
Di Caribia sebagai bahan membuat permen karet.
Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat,
elastis dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel,
partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya.
Serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman
muda dan ranting dapat digunakan sebagai material serat pakaian. Di Malaysia
digunakan sebagai mode pakaian.
Komposisi zat gizi buah sukun dapat dilihat pada tabel 1,
dan perbandingan kandungan zat gizi disajikan pada tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Sukun per 100 g
Tabel 2. Perbandingan Komposisi kandungan gizi sukun
dengan beberapa bahan pangan lainnya dalam 100 gram.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai gizi buah sukun tidak kalah dengan bahan-bahan pangan lainnya yang
sering digunakan sebagai bahan pangan pokok ataupun bahan pangan pokok
alternatif di Indonesia. Bahkan, dalam beberapa hal sukun tampak lebih
unggul dari bahan pangan lainnya.
Dengan demikian
sukun, khususnya tepung sukun mempunyai prospek yang sangat baik sebagai
bahan pangan pengganti beras.
Produk pangan olahan yang merupakan hasil olahan langsung
dari buah sukun segar misalnya keripik sukun, apem sukun, bolu cup sukun,
getuk sukun, kroket sukun, prol sukun, dll.
Pembibitan
Sukun
Dalam kegiatan pembibitan sukun ada beberapa teknik
pembiakan vegetatif yang dapat dilakukan:
Pemindahan tunas akar alami Secara alami pohon sukun berkembang biak dengan tunas akar.
Untuk merangsang tumbuhnya tunas akar alami dapat dilakukan dengan cara
melukai akar yang menjalar di permukaan tanah menggunakan parang. Setelah
tunas tumbuh sekitar 30 cm sudah dapat dipindahkan ke media dalam
polybag/pot.
Bibit hasil sapihan ini dipelihara di
persemaian sampai siap tanam.
Pencangkokan
Teknik mencangkok dilakukan untuk mendapatkan bibit dalam
jumlah terbatas. Untuk memperoleh hasil yang baik maka ranting yang
dicangkok harus ranting yang baru dan belum produktif (menghasilkan buah).
Cara pencangkokan tanaman sukun adalah sebagai berikut:
Kulit ranting dikupas sekitar 3 -5 cm dan bagian kambium
pada permukaan luka dibersihkan dan dikeringkan selama sehari. Mengolesi
luka bagian atas dengan zat pengatur tumbuh seperti rootone F. Menutup
seluruh luka dengan campuran tanah dan kompos atau dengan media lain yang
telah disemprot insektisida. Membungkus media dengan sabut kelapa atau
plastik serta diikat kuat sehingga cangkok tidak goyah. Pelaksanaan yang
baik adalah pada musim hujan sehingga media cangkok cukup lembab untuk
pertumbuhan akar. Pengambilan hasil cangkokan dilakukan setelah cangkok
berakar dengan baik yaitu setelah berumur 23 bulan. Pengambilan dilakukan
dengan cara memotong pangkal cabang yang dicangkok dengan gergaji.
Hasil cangkokan segera ditanam pada media tanah di
persemaian dan diberi naungan/peneduh.
Stek akar. Teknik stek akar dilakukan untuk memperoleh bibit dalam
jumlah yang besar karena bahan yang digunakan dapat diperoleh dalam jumlah
banyak serta pelaksanaannya cukup mudah dan biayanya relatif murah.
Pohon induk sebaiknya berumur sekitar 20 tahun biasanya
lebih berhasil dibanding pohon yang muda. Pengambilan akar dilakukan dengan
menggali akar kemudian dipotong sepanjang 0,5 – 1 m..
Apabila pengambilan bahan stek dilakukan di tempat yang jauh
dari lokasi persemaian maka stek dijaga supaya tidak kering dibungkus
menggunakan pelepah pisang atau karung goni yang basah. Akar sukun dipotong-potong menjadi stek akar sepanjang 10 –
15 cm dengan diameter rata-rata 1-2 cm. Bagian stek yang lebih muda (ujung
akar) ditandai dengan dipotong miring. Hal ini akan memudahkan dalam
penanaman stek supaya tidak terbalik.
Posisi stek di tanaman tegak dengan kedalaman penanaman
sekitar setengah bagian dari panjang stek. Setelah ditanam segera dilakukan penyiraman kemudian
bedengan ditutup dengan sungkup plastik. Setelah satu bulan dalam bedengan,
stek akar mulai menumbuhkan tunas. Pada bulan ketiga akar sudah tumbuh namun
daunnya masih berwarna kekuningan. Pada saat ini sungkup plastik sudah dapat
dibuka secara bertahap agar bibit tidak layu dan 1-2 minggu kemudian sungkup
sudah dapat dibuka sepenuhnya.
Stek pucuk.
Teknik stek batang atau stek pucuk dilakukan untuk
mengantisipasi permasalahan bibit yang terlalu lama dalam polibag atau
memanfaatkan tunas-tunas yang tumbuh pada stek akar.
Bak stek dilengkapi dengan sungkup plastik dan naungan
sarlon untuk mengurangi intensitas cahaya matahari. Bahan tanaman berupa tunas/trubusan pada stek akar dan
tunas-tunas yang tumbuh dari tanaman yang ada di persemaian (kebung
pangkas).
Panjang stek kira-kira 10 cm dimana satu stek mempunyai 1-2 helai daun yang kemudian dipotong 2/3 bagian. Pemotongan bagian pangkal stek dilakukan dibawah mata tunas. Sebelum ditanam pangkal diberi larutan hormon tumbuh. Penyiraman rutin harus dilakukan untuk mencegah kekeringan. Intensitas penyiraman dilakukan minimal 2 kali sehari yaitu pagi (jam 08.00-10.00) dan sore (jam 14.00-16.00).
Pembuatan Stek Sukun
Sumber Gambar : Kartikawati, N. K dan H.A. Adinugraha, 2003
Daftar Pustaka :
Anonimous, 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai
Bahan Pangan Alternatif. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian.
Kartikawati, N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik
Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta.
Koswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan
Alternatif. www.ebookpangan.com |