|
|
---|
Sebelum mengetahui cara menanam pohon Jati, perlu dipelajari terlebih dahulu seluk beluk pohon jati tersebut, yang merupakan kayu komersial dengan harga jual yang tinggi, dapat dijadikan investasi masa depan. |
|
---|
Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan per tahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. Menurut T.Altona, penanaman jati yang pertama dilakukan oleh orang hindu yang datang ke Jawa. Sehingga terkesan, jati didatangkan oleh orang hindu atau negeri hindulah tempat asli dari jati. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli botani, Charceus yang mengatakan bahwa jati di Pulau Jawa berasal dari India yang dibawa sejak tahun 1500 SM sampai abad ke- 7 Masehi.
Kontroversi ini kemudian terjawab dengan penelitian marker genetik
menggunakan teknik isoenzyme yang dilakukan oleh Kertadikara pada tahun
1994. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jati yang tumbuh di Indonesia (Jawa)
merupakan jenis asli. Jati ini telah mengalami mekanisme adaptasi khusus
sesuai dengan keadaan iklim dan edaphis yang berkembang puluhan hingga
ratusan ribu tahun sejak zaman quarternary dan pleistocene di asia Tenggara.
Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan dalam
kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu jati mengandung 47,5% sellulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan
0,4-1,5% silika.
Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan
masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta
furniture perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah,
serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan
sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri
perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi
di daerah tropis.
Gambar. Tanaman Jati
Perkembangan teknologi khususnya dalam bidang rekayasa
genetik (Pemuliaan Pohon / Tree Improvement) telah menghadirkan jati varietas unggul. Jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan
komparatif berdaur pendek (± 15 tahun), sedikit cabang, batang lurus dan silendris. Bila batang pohon jati tidak silendris, menyebabkan kualitasnya menjadi rendah.
Gambar. Pohon Jati yang tidak Silendris
Beberapa ahli kehutanan menyatakan bahwa semua jenis pohon penghasil kayu cepat tumbuh akan menghasilkan kualitas kayu (kelas awet dan kelas kuat) yang lebih rendah dibandingkan dengan pohon dengan umur maksimal. Di sisi lain, beberapa pengusaha kayu menuturkan bahwa masalah kualitas kayu sudah dapat dipecahkan dengan teknologi industri. Sifat mudah diolah dan dibentuk dari pohon cepat tumbuh dapat didifusikan sesuai keinginan pasar. Tingkat kekerasannya pun dapat direkayasa dengan teknik pengovenan.
Berbagai merek dagang jati varitas unggul yang telah beredar di pasaran adalah :
No |
Nama Dagang |
Produsen |
Materi Asal |
1 |
Jati Plus Perhutani (JPP) |
PT. Perhutani |
Jawa |
2 |
Jati Super |
PT. Monfori Nusantara |
Thailand |
3 |
Jati Emas |
PT. Katama Suryabumi |
Birma |
4 |
Jati Unggul |
PT. Bumundo, PT. Fitotek |
Jawa |
5 |
Jati Kencana |
PT. Dafa Teknoagro Mandiri |
Jawa Timur |
6 |
JUL |
KBP Lamongan |
Thailand |
Gambar. Pohon Jati yang sedang Berbunga
Sumber Benih
Untuk perbanyakan tanaman jati, diperhitungkan juga faktor reproduksi tanaman dimana pohon jati yang telah melewati masa juvenil akan segera berbunga, berbuah dan menghasilkan benih yang akan dipergunakan untuk kegiatan penanaman.
Sumber benih adalah suatu individu atau tegakan baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman) yang digunakan (ditunjuk, dibangun dan dikelola sebagai sumber benih).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 85/Kpts-II/ 2001, ada 6 klas atau kategori sumber benih tanaman hutan sebagai berikut:
- Zona pengumpulan benih,
- Tegakan benih teridentifikasi,
- Tegakan benih terseleksi,
- Areal produksi benih (APB),
- Tegakan benih provenan dan
- Kebun benih.
Gambar. Tanaman Jati
Keberhasilan dan kualitas tanaman sangat tergantung kepada sumber benih yang
digunakan. Benih dari Areal Produksi Benih (APB) yang terbaik dapat
meningkatkan volume 5-12% dibandingkan benih dari tegakan benih. Penggunaan
benih dari kebun benih klonal dapat menghasilkan peningkatan volume 5-10%
dibandingkan dengan APB. Sedangkan penggunaan benih dari kebun benih klonal
dapat menghasilkan peningkatan volume sebesar 12 % dibandingkan dengan
tegakan benih.
Pohon plus jati di Jawa terdapat sebanyak 182 pohon, tersebar di Jawa Tengah
sebanyak 111 pohon (8 KPH) dengan produksi benih 55,5 - 333 kg/tahun, di
Jawa Timur sebanyak 53 pohon (6 KPH) dengan produksi benih 26,5 - 159 kg/tahun,
sedangkan di Jawa Barat sebanyak 18 pohon (8 KPH) dengan produksi benih 9 -
54 kg/tahun.
Menanam Pohon Jati
Jati telah lama ditanam dan dibudidayakan di Indonesia oleh negara (Perhutani) maupun
oleh masyarakat. Pengetahuan dan pengalaman menanam jati sudah banyak
diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu
penerapan silvikultur intensif, penanaman jati klon unggul, rekayasa genetik dan sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif.
Gambar. Jati ditanam dengan Tanaman Lain
Secara generatif, pengadaan bibit jati dilakukan dengan menggunakan biji.
Biji jati yang akan digunakan dipilih yang masih baru, karena biji jati yang
telah disimpan sangat mudah berkurang daya kecambahnya. Buah jati termasuk
jenis buah batu, memiliki kulit yang keras dan persentase perkecambahan
rendah dibandingkan dengan species lain. Untuk itu perlakuan-perlakuan
tertentu dilaksanakan agar mampu memecah dormansi biji.
Beberapa cara pemecahan dormansi biji yang dapat dilakukan antara lain :
1. Biji direndam dalam air dingin-dijemur dibawah terik sinar matahari,
diulang 4-5 hari.
2. Biji jati direndam dalam air dingin-air panas bergantian selama 1 minggu.
3. Biji jati pada bagian epikotil, ditipiskan kulit bijinya dengan cara
diamplas, sehingga memudahkan air dan udara masuk kedalam biji.
4. Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat (H2S04) selama 15
menit, kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu baru dikecambahkan pada
media pasir.
Gambar. Benih Jati Untuk Penanaman
Pasir yang digunakan dianjurkan untuk disterilkan dengan dijemur dibawah
sinar matahari, digoreng sangrai atau disemprot dengan ”Benlate” agar jamur
dan bakteri pengganggu mati.
Pasir jangan dipadatkan agar memudahkan munculnya daun dan batang muda dari
media tabur. Biji disiram secara teratur 2x sehari agar kelembaban terjaga.
Naungan diperlukan agar suhu dan kelembaban terjadi dalam kondisi yang lama.
Naungan dapat berupa plastik, daun kelapa, atau naungan jenis lainnya.
Benih ditanam dengan bekas tangkainya dibawah. Supaya tidak hanyut oleh air
baik karena hujan atau penyiraman, bijinya ditekan ke dalam media sedalam 2
cm kemudian ditimbun. Perkecambahan biji jati biasanya bertahap, sehingga
perlu menunggu agar benih-benih tersebut dapat berkecambah secara sempurna.
Media yang digunakan untuk penyapihan adalah campuran antara pasir : tanah :
kompos (7:2:1). Ukuran polybag yang digunakan adalah 10 x 15 cm. Pemupukan
dilakukan dengan NPK cair (5 gram/liter air ) ketika bibit telah berumur 2
minggu, selanjutnya 2 minggu sekali pemupukan dilakukan hingga bibit berumur
3 bulan dan siap ditanam di lapangan.
Perbanyakan tanaman jati juga dapat dilakukan secara vegetatif atau
perbanyakan yang dilakukan tanpa benih/biji, dengan mengambil bagian tanaman
seperti daun, batang, tunas dan bagian lainnya. Pembiakan secara vegetatif
untuk jati dapat dilakukan dari cara yang sederhana seperti stump, puteran
hingga grafting dan kultur jaringan.
Prospek Menanam Pohon Jati
Menanam pohon jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran dalam maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan permintaan.
Investasi dalam budi daya jati merupakan suatu pemanfaatan dana yang bijaksana. Pada saat yang bersamaan mampu mencapai berbagai tujuan yang memberi keuntungan kepada: lingkungan hidup, perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah, tabungan hari tua untuk diri sendiri, anak-cucu atau ahli waris. Ini merupakan suatu alternatif yang jauh lebih menarik dibanding bentuk perlindungan hari tua yang ada selama ini seperti asuransi, tabungan, saham, dll. Tingkat keuntungan yang sangat tinggi disertai sifat alamiah objek investasi pohon itu sendiri yang pertumbuhannya dapat diproyeksi dan juga resisten terhadap fluktuasi dan gangguan ekonomi.
Sifat alamiah produk ini juga unik karena semakin lama dibiarkan dengan pertumbuhannya maka akan semakin besar ukuran batangnya, dan akhirnya akan meningkatkan nilai jual produk kayu yang dihasilkannya. Tingkat pengembalian investasi dalam budi daya tanaman kayu keras dan unggul dikategorikan sebagai suatu bentuk investasi 'hard asset' yang mampu memberikan tingkat perlindungan tinggi terhadap gejolak inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Artikel Terkait : |
Daftar Pustaka.
Anonimous, 2001. Keuntungan Investasi Budi Daya Hutan Jati. Satu Pilihan Investasi Bijaksana. http://www.reforeste.com
Mahfudz et al, 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta
Sumarna, Y. 2003. Budidaya Jati. PT. Penebar Swadaya. Jakarta