Petani menanam pohon karena dua alasan, yaitu untuk produksi dan pelayanan (servis). Untuk produksi artinya untuk bahan bangunan, kayu bakar, obat-obatan dll. Sedangkan yang bersifat pelayanan adalah untuk pengendalian erosi, mening-katkan kesuburan, memperbaiki struktur tanah, konservasi biodiversitas dan tentu saja untuk penyimpanan karbon dan mengurangi efek rumah kaca. Menurut Suryanto et al (2005), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis untuk ditanam:
1. Tujuan penanaman
2. Jenis potensial dan tersedia
3. Jenis yang bisa tumbuh di lokasi |
|
Tujuan penanaman misalnya :
1. Untuk penghara industri
2. Untuk pemanfaatan domestik
3. Perlindungan lingkungan
4. Bagian integral pembangunan pedesaan.
Dalam pemilihan dan penanaman jenis pohon dalam agroforestri dikenal istilah ”Domestikasi Pohon”. Domestikasi pohon agroforestri adalah usaha percepatan dan evolusi yang dipengaruhi oleh manusia yang membawa jenis-jenis tertentu ditanam secara luas melalui kebutuhan petani atau proses arahan pasar. Domestikasi pohon meliputi serangkaian kegiatan-kegiatan eksplorasi dan pengumpulan populasi genetik alam atau antropogenik, evaluasi dan seleksi jenis dan provenan yang sesuai, pengembangan teknik pengelolaan, pemanfaatan dan pemasaran hasi pohon dan pembangunan dan penyebaran informasi teknis (Suryanto et al, 2005).
Dalam sistem agroforestri pohon-pohonan memberikan penutup secara permanen, dengan demikian dapat lebih banyak menggunakan energi matahari. Pohon-pohonan dapat memperkaya tanah dengan seresah yang gugur diatasnya, dan dapat juga merubah iklim mikro.
Keuntungan-keuntungan lainnya yang bisa didapat dengan penanaman pohon-pohonan:
1. memberikan diversifikasi hasil. Disamping buah dapat juga dimanfaatkan kayunya
2. memberikan jaminan terhadap kegagalan hasil, kerena pohon-pohonan merupakan "modal berdiri'
3. berpengaruh baik terhadap tata air
4. mengurangi terjadinya suhu-suhu ekstrim, baik di udara,dalam tanah, dan dalam batang dan daun, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman pertanian
5. dapat mengurangi kerusakan-kerusakan terhadap tanaman pertanian yang disebabkan oleh hujan yang deras
Peningkatan produktivitas sistem agroforestri dapat dilakukan melalui diversifikasi hasil dari komponen yang bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau biaya produksi. Contoh upaya penurunan masukan dan biaya produksi yang dapat diterapkan dalam sistem agroforestri : Penggunaan pupuk nitrogen dapat dikurangi dengan pemberian pupuk hijau dari tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen.
Kandungan nitrogen di udara sebanyak ± 78%, tetapi nitrogen ini tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman tertentu bersimbiosis dengan bakteri penambat Nitrogen Rhizobium dan Frankia yang mampu mengikat nitrogen dari udara dan menyediakannya bagi kebutuhan tanaman.
Beberapa Jenis pohon yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen adalah: Acacia auriculiform, Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Casuarina equasetifolia, Erythrina variegata L, Intsia bijuga, Intsia palembanica, Intsia ambonensis, Tamarindus indicus Linn, Pterocarpus indicus Willd, Inocarpus fagifer, Pongamia pinnata, Gliricidia sepium dan Leucaena leucocephala.
Di samping jenis yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen, jenis-jenis lain seperti Artocarpus elasticus, Artrocarpus interger, Anthocephalus chinensis, Urophyllum polyneurum, Macaranga gigantea, dan Macaranga winkleri adalah sumber-sumber nitrogen yang baik, karena daunnya berkadar nitrogen yang tinggi.
Kadar phosphorus yang tinggi terdapat pada daun Artocarpus interger, Anthocephalus chinensis, Cananga odorata, Lindera lucida, Nephelium lappaceum, Pithecellobium microcarpum dan Symplocos fasciculata sedangkan potassium dengan kadar tinggi terdapat pada daun Artocapus elasticus, Artocarpus interger, Bridelia glauca, Eusideroxylon zwageri, Lindera lucida, Nauclea orientalis, Payena lucida dan Saurauia subcordata.
Kadar calcium yang tinggi didapat pada Artocarpus elasticus, Bridelia gluaca, Cananga odorara, Cratoxylum sumatranum, Duabanga molucanna dan Symplocos fasciculata, sedangkan kadar magnesium yang tinggi didapat pada Cananga odorata, Macaranga gigantea, Macaranga winkleri, Saurania subcordata dan Symplocos fasciculata. Jenis- jenis ini dapat digunakan untuk memperbaiki tanah-tanah rusak/kritis.
Pustaka :
Anonim, 1992. Agrforestri, Manual Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.
De Foresta, H. and G. Michon, 1997. The agroforest alternative to Imperata grasslands: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems. Published by ICRAF, ORSTOM, CIRAD-CP and the Ford Foundation.
Hairiah, K, M. A. Sardjono, dan S. Sabarnurdin, 2003. Pengantar Agroforestri. Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia
Marsono, Dj 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Michon, G dan H. de Foresta,1993, Peranan Agroforest. Peranan Sistem Agroforest Bagi Dunia Kehutanan dan Pertanian ICRAF and BIOTROP, Bogor,
Suprayogo. D, K Hairiah, N Wijayanto, Sunaryo dan M Noordwijk, 2003, Peran Agroforestri pada Skala Plot: Analisis Komponen Agroforestri sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia
Suryanto, P, Budiadi dan S. Sabarnurdin, 2005. Agroforestry (Bahan Ajar). Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Whitmore, T.C, 1975, Tropical Rain Forests of the Far East , 1st Edition, Oxford University Press, Oxford.
DOWNLOAD FILE : PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI |