INVASI SPESIES Acacia nilotica PADA
|
---|
|
|
Taman Nasional Baluran (TNB) adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu gunung Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.
Kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari:
Vegetasi dan Satwa
Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Tumbuhan khas tersebut adalah:
Tumbuhan lainnya antara lain:
Di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia, di antaranya adalah:
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk burung langka seperti:
Invasi Spesies Acacia nilotica Taman Nasional Baluran
Kondisi yang terjadi di Taman Nasional Baluran, masuknya spesies asing dan berubah menjadi invasif. Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain; spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar.
Introduksi spesies asing (eksotik) baik yang sengaja diintroduksi maupun tidak sengaja dapat berkembang tidak terkendali. Mereka meninggalkan faktor-faktor yang mempengaruhi populasi dan penyebarannya. Pada habitat yang baru mungkin hanya sedikit predator atau penyakit sehingga populasinya berkembang tak terkendali. Spesies asli mungkin tidak mampu berkompetisi terhadap ruang dan makanan dibandingkan dengan spesies asing tersebut.
Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. Jenis-jenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng.
Perubahan ekosistem savana di Baluran menjadi padang akasia, akan mempengaruhi pola-pola suksesi dan kebakaran, juga tutupan lahan. Savana yang tadinya ditutupi rumput, sekarang ditutupi akasia, tentunya akan mengubah pola dan bentuk kebakaran yang menjadi salah satu tahapan dalam proses suksesi di ekosistem savana (Dr. Titiek Setyawati - Direktur RBIS-SEA Indonesia).
Serangan jenis invasif juga banyak terjadi di kawasan hutan lainnya, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan). Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflorasp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung gunung). Di Taman Nasional Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional.
Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Penguasaan habitat ini dapat dilakukan baik oleh jenis tumbuhan asing (invasive alien species/IAS) maupun lokal.
Invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli.
Hal yang memengaruhi kecepatan invasi suatu spesies diantaranya:
PRAKTEK LAPANGAN
TAMAN NASIONAL
BALURAN
JAWA TIMUR
Foto Bersama. Praktek dipimpin oleh Bpk Dr. Satyawan (kanan).
Lagi cari banteng nih!!!
Dimana ya.. Bantengnya???
yang terlihat hanya Acacia nilotica dan Gunung
Ooh .. Acacia nilotica !!!
teganya engkau, mengapa sungguh cepat engkau menguasai daerah ini.
Nggak ada banteng, foto saja dengan tulang belulang