KEBAKARAN
HUTAN KAYU PUTIH
|
Kayu putih dalam bahasa latin dikenal dengan nama Melaleuca leucadendron LINN, termasuk dalam famili Myrtaceae dan tergolong keluarga Melaleuca, dalam bahasa sunda dan jawa dikenal dengan nama Gelam, tetapi nama tersebut jarang digunakan yang lebih umum adalah kayu putih. Beberapa species sudah diketahui dan dibudidayakan secara komersial antara lain Melaleuca leucadendron LINN., Melaleuca cajaputi ROXB., dan Melaleuca viridiflora CORN. (ketaren, 1985). Melaleuca leucadendron LINN., berasal dari Australia dan tersebar ke Asia Tenggara (Anonim, 1997), tumbuh di dataran rendah dan rawa tapi jarang ditemukan di daerah pegunungan (Ketaren dan Djatmiko, 1978). |
Kuliah Biologi Umum
Kuliah Ekologi Umum
Kuliah Ekologi Hutan
Kuliah Kehutanan
Perbaikan Kesuburan Tanah Oleh Agroforestri
Pemanfaatan Hutan Mangrove Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat Maluku
|
Di Indonesia umumnya tanaman kayu putih berwujud sebagai hutan alam dan hutan tanaman. Hutan alam terdapat di Maluku (pulau Buru, Seram, Nusa Laut dan Ambon), Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya, sedangkan yang merupakan hutan tanaman terdapat di Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Madiun), Jawa Tengah (Solo dan Gundih), Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat (Banten, Bogor, Sukabumi, Indramayu, Majalengka). Soetrisno (1990), menyebutkan bahwa pulau Buru merupakan sumber tanaman kayuputih, tumbuh dalam bentuk belukar yang bergerombol dengan diselingi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Belukar itu sendiri tumbuh dari tunas-tunas yang tingginya tidak lebih dari 30 sampai 40 cm. Hal ini terjadi karena perladangan yang berpindah-pindah sehingga merupakan hutan sekunder.
Tanaman Kayu Putih
Di Pulau Seram terdapat tegakan M. cajuputi ssp. cajuputi yang tersebar sangat luas (150.000 ha) di daerah bagian barat dari pulau Seram (BPS, 1994). Tegakan kayu putih dijumpai dalam tegakan murni, menyambung dari Desa Pelitajaya (03°03' 00" LS dan 128°08'00" BT) yang terletak di sebelah utara Piru, hingga Desa Asaudi di sebelah selatan pada ketinggian 30-150 m dpl. Selain itu, juga diketemukan di Desa Kotania dengan (03°04'22”LS dan 128°06'30"BT) di sebelah barat laut Piru pada ketinggian 30 m dpl. Keadaan tegakan di pulau Seram juga rendah, karena dimanfaatkan untuk produksi minyak kayu putih dengan cara pemangkasan, namun terkadang diketemukan pohon yang cukup tinggi (25 m). Tegakan kayu putih banyak ditemukan pada areal yang relatif datar di Waipirit (kelerengan 0%) dan antara 5-15% di Taman Jaya dan Wael. Tegakan tumbuh pada daerah hutan terbuka dengan batuan tanah metamorfik di daerah utara dan alluvium di sebelah selatan. Tekstur tanah: lempung berliat, dan liat berpasir sampai liat berlempung dengan warna tanah: merah keabu-abuan di daerah utara dan oranye di daerah selatan, dengan pH. 5,5 - 6,5.
Hampir setiap tahun terjadi kebakaran di hutan kayu putih, terutama untuk lahan kayu putih yang tidak dikombinasikan dengan tanaman lain. Kebakaran ini dapat terjadi pada areal yang luas, mengingat pohon kayu putih adalah jenis yang mudah terbakar. Pada musim kemarau lahan menjadi kering, gesekan antara batang dan ranting kayu putih oleh tiupan angin dapat menimbulkan api, inilah penyebab kebakaran.
Penyebab kebakaran bukan hanya dari faktor alam saja, adakalanya manusia turut berperan dalam pembakaran ini. Pembakaran lahan kayu putih dilakukan karena mereka ingin mendapatkan tunas-tunas yang baru dari tanaman kayu putih setelah terbakar. Selain itu jika tanaman kayu putih terlalu tinggi maka akan sulit untuk dipanen. Regenerasi tanaman kayu putih ini dipengaruhi oleh api, sehingga bila terjadi kebakaran memberi keuntungan bagi tanaman ini untuk menguasai daerah tersebut.
Walaupun demikian kebakaran tetap saja merugikan lingkungan : Gangguan asap merugikan kesehatan dan merupakan penyumpang gas CO2 ke udara yang menimbulkan efek rumah kaca. Tanah menjadi kering dan mikro organisme di dalam tanah menjadi mati. Untuk kondisi tertentu apabila tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan kebakaran yang tak terkendali dan meluas. |