|
|
---|
Sebagai tambahan terhadap bentuk variasi yang normal yang terjadi dalam populasi alami, banyak perubahan bentuk variasi pohon hutan dapat disebabkan oleh manusia. Hal-Hal seperti seleksi dysgenic, dimana pohon yang terbaik dipindahkan dan pohon yang lemah/miskin ditinggalkan untuk bereproduksi, atau suatu metode memilih hanya yang terbaik ditinggalkan, akhirnya menyebabkan suatu pergeseran di dalam frekwensi gen, dengan begitu terbentuk variasi. Tindakan yang dapat menyebabkan suatu perubahan sangat cepat di dalam variabilitas ketika diterapkan seleksi intensive dan praktek breeding. Sebab sasaran breeding pohon yang utama adalah untuk merubah persentase dari karakteristik tertentu di dalam suatu arah yang diinginkan dalam suatu populasi. |
|
---|
Seperti kemajuan program breeding, akan jadi penting bagi improver pohon dengan sengaja meningkatkan variabilitas. Ada sejumlah pilihan yang dapat diikuti ketika variabilitas alami terlalu terbatas untuk suatu program breeding (Zobel dan Talbert, 1984).
Pemanfaatan Keragaman / Variasi
Suatu program pemuliaan pohon adalah untuk memelihara dan meningkatkan variabilitas Genetik di dalam populasi pohon hutan yang digunakan. Jika diterapkan, suatu program pemilihan intensive akan mengurangi variabilitas karakteristik yang terlibat. Tentu saja, sasaran manipulasi Genetik di dalam kehutanan adalah untuk menghasilkan dengan cepat produk yang diinginkan dengan keseragaman yang besar. Suksesnya program breeding akan merubah frekwensi gen; jika ini tidak terjadi berarti program akan gagal (Zobel dan Talbert, 1984).
Kebanyakan jenis pohon hutan berisi variabilitas besar untuk karakteristik yang penting seperti pohon yang lurus atau berat jenis kayu, untuk kemampuan beradaptasi seperti toleransi cuaca dingin atau musim kering, dan untuk resistensi penyakit atau serangga dan untuk pertumbuhan. Dengan jelas dinyatakan sebelumnya, suatu kekuatan utama peningkatan pohon adalah bahwa banyaknya karakteristik berharga untuk para breeder pohon kompleks dan dasar utama pewarisan dengan bebas, maka mungkin untuk "membentuk" pohon dengan kombinasi karakteristik yang diinginkan.
Menurut Na’iem (2001), Keragaman genetik menempati posisi kunci dalam program pemuliaan, karena optimalisai atau maksimalisai perolehan genetik akan sifat-sifat tertentu akan dapat dicapai manakala ada cukup peluang untuk melakukan seleksi gen untuk sifat yang diinginkan. Kegiatan seleksi ini jelas dapat mempersempit basis genetik, yang umumnya membawa resiko tinggi terhadap serangan hama dan penyakit, perobahan lingkungan maupun perobahan permintaan pasar. Untuk mencegah hal tersebut maka belakangan ini para breeder telah mengambil dan mengembangkan strategi multi-populasi breeding, yaitu mengelola variasi genetik secara optimal sementara itu pada waktu bersamaan konservasi genetik tetap menjadi target yang selalu dipertimbangkan (Burley, 1992; 1993).
PUSTAKA :
Na’iem, M, 2001. Konsevasi Sumberdaya Genetik untuk Pemuliaan Pohon. Seminar Sehari 70 Tahun Prof. Oemi H. Suseno; Peletakan Dasar-dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indonesia. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2000. Pemuliaan Pohon Hutan Indoensia Menghadapi Tantangan Abad 21. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2001. Peletakan Dasar-Dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indoensia. Orasi Ilmiah Purna Tugas. Prof. Dr. Ir. Hj. Oemi Hani’in Suseno. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wright, J.W, 1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Press, Inc. San Diego California.
Zobel, B and John Talbert, 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons, Canada.
DNA, also known as deoxyribonucleic acid, is a thin, chainlike molecule found in every living cell on earth. It directs the formation, growth, and reproduction of cells and organisms. Short sections of DNA called genes determine heredity- that is, the passing on of characteristics-in living things. DNA is found mainly within a cell's nucleus, in threadlike structures called chromosomes. DNA even occurs in bacterial cells, which do not have a nucleus, and in some viruses. All DNA consists of thousands of smaller chemical units called nucleotides. Nucleotides are chemically bonded to one another to form thin, chainlike molecules known as polynucleotides. Each nucleotide contains a compound called a phosphate, a sugar called deoxyribose, and a compound called a base. The phosphate and sugar are the same in all DNA nucleotides, but the bases vary. There are four DNA bases: (1) adenine, (2) guanine, (3) thymine, and (4) cytosine. The exact amount of each nucleotide and the order in which they are arranged are unique for every kind of living thing.