|
|
---|
Hutan alam tropika di Indonesia dewasa ini menghadapi masalah kerusakan yang menjadi semakin parah karena adanya penebangan kayu secara besar-besaran dan kebakaran hutan yang terjadi setiap musim kemarau tiba. Kerusakan yang terjadi secara cepat menyebabkan banyak ahli kehutanan berpendapat bahwa hutan alam tropika di Indonesia akan segera punah pada tahun 2010, terutama di Sumatra dan Kalimantan (Holmes, 2000). Rusak/punahnya hutan alam tropika di Indonesia, selain tampak pada kerusakan fisik secara nyata juga tercakup di dalamnya sumber genetik tumbuhan yang merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada regenerasi hutan di masa yang akan datang. Padahal kelestarian hutan alam tergantung dari kemampuan hutan tersebut untuk meremajakan diri. |
|
---|
Terkait dengan hal stategi breeding maka basis genetik akan dikendalikan sesempit mungkin untuk menghasilkan sifat-sifat yang secara ekonomis menguntungkan, namun basis genetik juga akan tetap dipertahankan bahkan diperluas untuk mendapatkan perbaikan sifat yang sekaligus memiliki kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang beragam (Wright, 1976; Zobel and Talbert , 1984; Zobel et al. 1987).
Dengan demikian suatu program pemuliaan yang dirangcang untuk beberapa generasi tidak akan banyak berarti manakala langkah yang diambil tidak melibatkan upaya pengelolaan clan peningkatan variasi genetik secara cukup. Seorang breeder dapat saja melakukan kegiatan breeding untuk beberapa sifat secara simultan. Sifat kelurusan dan kesilindrisan batang yang secara ekonomis menguntungkan misalnya, dapat dikembangkan bersamaan dengan sifat lainnya secara serentak pada skala luas. Evaluasi akan ekspresi sifat-sifat tersebut dapat dilakukan lewat penampilan fenotipe-nya secara konsisten untuk sifat pertumbuhan, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan kemampuan adaptasinya di berbagai lingkungan (Na’iem, 2001).
Strategi Pemuliaan Pohon
Tujuan umum dari suatu program pemuliaan pohon adalah sebagai berikut : (1) memuliakan secara progressif populasi dasar dan populasi pemuliaan ; (2) membiakkan material yang dimuliakan untuk membuat populasi produksi yang unggul; (3) menjaga variabilitas dan ukuran populasi pada populasi dasar dan populasi pemuliaan ; (4) semuanya ini dicapai secara ekonomis. Perolehan yang terbesar dalam jangka panjang dicapai melalui seleksi yang efektif, populasi yang besar, variabel dengan pengendalian kekerabatan (co-ancestry) dalam generasi mendatang. Populasi dasar dapat berupa hutan alam atau hutan tanaman atau pertanaman uji genetik dari mana seleksi dilakukan. Populasi pemuliaan (200 pohon terpilih atau lebih) adalah kelompok individu yag diseleksi dan menjadi tetua generasi berikutnya. Perkawinan diikuti oleh seleksi dengan memanfaatkan variasi genetik untuk mendapatkan. frekuensi gen-gen baik dalam populasi, secara berkesinambungan. Populasi produksi terdiri 20-30 individu terpilih, dari populasi pemuliaan yang dipergunakan untuk menghasilkan benih atau propagul vegetatif untuk pembuatan pertanaman komersial.
Menentukan sistem yang paling efisien pada suatu program pemuliaan dengan kendala waktu dan sumberdaya yang ada merupakan masalah yang perlu penyelesaian dengan memperhatikan berbagai kepentingan. Skema yang dibuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam program pemuliaan dengan memperhatikan semua kondisi dinamakan strategi pemuliaan. Proses untuk mengimplementasikan strategi pemuliaan disebut metode pemuliaan. Prosedur biologis (penyerbukan terkendali, okulasi, penanaman dll) merupakan teknik pemuliaan.
Metode pemuliaan yang umumnya diterapkan pada tumbuh-tumbuhan ialah pemuliaan mutasi, inbreeding, hibridisasi, pemuliaan silang balik dan seleksi (Alard, 1960). Morgernstern et al., (1975),menyatakan bahwa metode pemuliaan yang cocok untuk suatu jenis tanaman tergantung kepada sistem penyerbukan, besarnya variabilitas, tujuan pemuliaan serta produksi biji. Seleksi merupakan metode yang paling umum diterapkan untuk pohon-pohon hutan. Metode ini sesnai bagi kebanyakan jenis-jenis penyerbukan silang dan yang variabilitasnya besar seperti halnya jenis jenis yang masih liar. Menurut Shelbourne dan van Buijtenen (Morgernstern et. al., 1975) seleksi merupakan metode pemuliaan yang paling sederhana dan yang paling memberi harapan untuk memperoleh hasil-hasil genetik yang agak besar pada generasi pertama serta untuk memenuhi kebutuhan benih unggul dalam jumlah besar.
Pekerjaan pemuliaan selektif meliputi : seleksi individu pohon superior; penyilangan pohon-pohon yang diseleksi; pengujian keturunan; seleksi lanjutan serta penyilangan pohon-pohon yang diseleksi untuk generasi yang akan datang (Wright, 1962). Dari tulisan-tulisan terakhir menunjukkan bahwa pemuliaan pohon hutan dengan seleksi, dapat dilakukan dengan:
1. Seleksi massa
a. pada areal produksi benih
b. pada program pemuliaan
2. Seleksi famili :
(1) Seleksi famili half-sib (saudara tiri)
a. hasil penyerbukan terbuka
b. hasil penyerbukan terkendali
(2) Seleksi famili full-sib (saudara penuh)
Menurut van Buijtenen et. al. (1971), pemuliaan pohon dapat diperoleh juga dengan : "mutation breeding"; hibrid dan penggunaan jenis eksot. Meskipun pemuliaan dengan mutasi ini telah digunakan dengan berhasil untuk program pemuliaan tanaman pertanian, namun bagi pemuliaan pohon hutan sampai saat, ini cara tersebut belum bermanfaat. Pemuliaan dengan pembuatan dan penanaman hibrid dalam program pemuliaan pohon hutan sudah banyak dilakukan.
PUSTAKA :
Na’iem, M, 2001. Konsevasi Sumberdaya Genetik untuk Pemuliaan Pohon. Seminar Sehari 70 Tahun Prof. Oemi H. Suseno; Peletakan Dasar-dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indonesia. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2000. Pemuliaan Pohon Hutan Indoensia Menghadapi Tantangan Abad 21. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Oemi, H.S, 2001. Peletakan Dasar-Dasar dan Strategi Pemuliaan Pohon Hutan di Indoensia. Orasi Ilmiah Purna Tugas. Prof. Dr. Ir. Hj. Oemi Hani’in Suseno. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wright, J.W, 1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Press, Inc. San Diego California.
Zobel, B and John Talbert, 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons, Canada.
DNA, also known as deoxyribonucleic acid, is a thin, chainlike molecule found in every living cell on earth. It directs the formation, growth, and reproduction of cells and organisms. Short sections of DNA called genes determine heredity- that is, the passing on of characteristics-in living things. DNA is found mainly within a cell's nucleus, in threadlike structures called chromosomes. DNA even occurs in bacterial cells, which do not have a nucleus, and in some viruses. All DNA consists of thousands of smaller chemical units called nucleotides. Nucleotides are chemically bonded to one another to form thin, chainlike molecules known as polynucleotides. Each nucleotide contains a compound called a phosphate, a sugar called deoxyribose, and a compound called a base. The phosphate and sugar are the same in all DNA nucleotides, but the bases vary. There are four DNA bases: (1) adenine, (2) guanine, (3) thymine, and (4) cytosine. The exact amount of each nucleotide and the order in which they are arranged are unique for every kind of living thing.