![]() |
|
---|
|
---|
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures). |
![]() |
---|
Ada suatu aturan umum dalam menentukan jumlah unit sampling yaitu "semakin banyak semakin bagus". Aturan ini bisa diterima kalau biaya dan tenaga tidak merupakan faktor pembatas dalam penelitian. Karena semua proyek dibatasi oleh sejumlah biaya tertentu, maka kita harus menentukan jumlah dan ukuran unit sampling yang cukup mewakili keadaan populasi. Dalam ilmu ekologi hutan, suatu altematif untuk menentukan jumlah unit sampling berukuran tetap tertentu bisa diperoleh dengan memplotkan running mean atau varian (keragaman antar kuadrat) sebagai ordinat dan jumlah kuadrat sebagai absis. Kemudian jumlah kuadrat minimal diperkirakan pada suatu titik dimana fluktuasi varian atau running mean relatif stabil.
Gambar. Penentuan jumlah kuadrat berdasarkan running mean
Altematif lain jumlah kuadrat dapat ditentukan berdasarkan dasar perhitungan perseniase, dengan asumsi bahwa ukuran optimal kuadrat sudah ditentukan, maka jumlah kuadrat optimal dapat diperoleh berdasarkan intensitas sampling yang diinginkan. Bahkan berdasarkan pengalaman para peneliti senior, jumlah kuadrat minimal yang harus diambil adalah sekitar 30 buah dengan anggapan pada jumlah ≥ 30 kuadrat nilai keragaman relatif stabil. Petunjuk lain yang cukup berguna adalah keragaman dalam kuadrat hams lebih kecil dibandingkan dengan keragaman antar kuadrat. Bagaimanapun tidak ada jumlah kuadrat yang mutlak yang dapat direkomendasikan, karena kisaran heterogen di lapangan bervariasi dan setiap survey memerlukan ketelitian yang berbeda.
Materi Analisis Vegetasi Selanjutnya >>>
DAFTAR PUSTAKA